MATERIALISME DIALEKTIS
Inti materialisme dialektis adalah pemutlakan materi yang bergerak dalam waktu dan ruang atau pengukuhan terhadap becoming (menjadi) yang ada tanpa suatu sebab.
Selanjutnya, ontologi materialisme dialektis hanya bisa membangun sejenis realisme tetapi bukan monisme materialistis.
Juga, realitas yang berkontradiksi dengan dirinya sendiri, dan inilah yang dituntut oleh dialektika materialistis, sama sekali tidak ada (non-eksistent).
Inti pandangan ini dapat dilihat dalam beberapa aliran materialisme:
1) Materialisme dialektis adalah pembenaran filosofis yang bersifat tentatif terhadap tesis ekonomi dan politik Karl Marx. Teori ini dikerjakan dan dirumuskan terutama oleh Friedrich Engels. Kalau materialisme historis mencoba membuktikan materialitas (kebendaan) dan karenanya juga perkembangan niscaya sejarah manusia hingga komunisme, materialisme dialektis tidak ragu-ragu mengakui materialitas semua eksistensi.
2) Pada tingkat ontologi, materialisme dialektis hanya mengandaikan realitas objektif dari dunia material murni sebagai terbukti sendiri.
3) Kesadaran menunjukkan ciri, produk, dan fungsi materi yang paling tinggi organisasinya (atau sebagai gerakan materi-otak). Namun demikian, kesadaran dikatakan secara jelas sebagai “material”, sebagai refleksi ideal terhadap realitas objektif dengan sistem saraf sentral.
4) Gerak-sendiri yang dimiliki oleh materi timbul selaras dengan hukum dialektika. Menurut teori ini, segala sesuatu yang ada (tesis) mengungkapkan kontradiksi di dalam diri sendiri—kontradiksi yang menimbulkan ketegangan dan karenanya perkembangan atu revolusi. Ini mencakup gerakan dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, dari materi mati kepada kehidupan, persepsi, kesadaran.
5) Epistemologi materialisme dialektis mengukuhkan dua hal: a) Kesadaran manusia muncul melalui suatu lompatan dialektis dari materi yang organisasinya kurang, dan b) Kedaran manusia adalah gambar atau wakil yang tepat dari hal-hal sekitarnya.
MATERIALISME DIALEKTIS MARX DAN ENGELS
Materialisme dialektis Marx dan Engels, menjelaskan tentang:
1) Teori bahwa materialisme dialektis, menyatakan
a) Kemajuan sosial terjadi melalui perjuangan, konflik, interaksi, dan oposisi (khususnya kelas-kelas ekonomi), dan
b) Perkembangan (atau munculnya) satu tingkat masyarakat lainnya tidak terjadi secara gradual tetapi dengan lompatan-lompatan yang tiba-tiba dan kadang-kadang bersifat katastrofik.
2) Tipe prose pemikiran yang berupaya
a) Mengamati bagaimana semua barang berkaitan timbal balik secara tidak dapat ditwar-tawar sebagai suatu keseluruhan, dan
b) Menerima keharusan atau keniscayaan dari keseluruhan yang berkaitan timbal balik (yang merupakan esensi dari kebebasan), dan
c) Menerima ketakterelakkan perjuangan, konflik, kontradiksi, perubahan, dan munculnya kebaruan dalam alam semesta.
3) Materialisme dialektik menyangkut konsep perjuangan (ketegangan, perubahan, kekuatan-kekuatan yang berlawanan) sebagai dorongan yang sangat fundamental dalam segala hal. Segala hal
a) Berjuang untuk menjadi lain daripada adanya sebelumnya, dan
b) Berjuang untuk menghindari rintangan, dan
c) Berjuang untuk mengatasi benda-benda lain.
MATERIALISME DIALEKTIS—CITA-CITA HUMANISTIS
1) Cita-cita humanistis para pendiri dan wakil-wakil terbaik dari Marxisme—yang bagi mereka negara hanyalah suatu alat atau cara untuk mengejar suatu tujuan—terletak dalam keinginan mereka untuk memperoleh kekuasaan politis, yang untuk sebagian besar tidak dilihat oleh Lenin dan para pengikutnya.
2) namun, tidak segala sesuatu dalam sejarah bersifat material belaka, sebab kesadaran rohani adalah mutlak perlu bahkan bagi kehidupan ekonomis, khususnya jika ekonomis tidak merupakan faktor yang paling menentukan dalam kehidupan sosial. Seseorang harus bertalian, lebih daripada sekedar “reaksi”, dengan gagasan-gagasan manusiawi.
3) Pandangan komunisme terhadap sejarah dan masyarakat sudah tidak mampu mendasarkan dirinya sendiri pada fakta. Selanjutnya, sebagian terbesar dari ramalan-ramalan Marx tidak benar. Marx menulis dalam tesisnya yang kesebelas tentang Feuerbach: “Para filsuf hanya menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda, tetapi hal yang penting ialah mengubahnya” (Werke 3, 535).


0 Comments: